Rabu, 12 Desember 2012
Selasa, 06 November 2012
MAKALAH KORELASI STUDI ISLAM DAN SOSIOLOGI
KORELASI
STUDI ISLAM DAN SOSIOLOGI
Dosen Pengampu: Andy
Dermawan, M.Ag
Disusun oleh:
Asep Mahfud (
12720045 )
Prodi/Matakuliah/Semester:
Sosiologi/Pengantar
Sosiologi/I
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI
SUNAN
KALIJAGA YOGYAKARTA
2012
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang
telah melimpahkan banyak nikmat dan hidayah-NYA pada seluruh makhluk di dunia
ini. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan pada junjunan Nabi besar Muhammad
Saw, keluarga serta para sahabatnya dan mereka yang menyeru dengan seruannya,
dengan berpedoman pada petunjuknya.
Sesungguhnya manusia diciptakan
di bumi ini untuk menjadi khalifah yang mensejahterakan alamnya. Allah sengaja
menciptakan manusia dengan bentuk yang berbeda-beda dengan berbangsa-bangsa,
bersuku-suku, beragam rupa, ras dan lain sebagainya yang bertujuan agar manusia
bisa saling mengenal ( Ta’aruf ) antara satu dengan yang lainnya. Beragam
orang-orang/masyarakat di dunia ini pasti mempunyai ciri dan karakteristiknya
yang berbeda-beda. Dimana setiap orang memiliki kehidupannya tersendiri untuk
bisa hidup di tengah-tengah samudera masyarakat dan saling bersaingan satu sama
lain untuk bertahan hidup sekaligus memiliki status yang lebih baik dalam
kehidupan bermasyarakat.
Dari sekian banyak
manusia/masyarakat yang terus berkembang memberikan sebab akibat yang nyata dan
menimbulkan sebuah pengetahuan dan ketertarikan dari para ahli untuk meneliti
segala fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dengan penelitian yang
bersifat empirik ataupun secara teks ( bayani ). Kemudian dari hal tersebut,
tentang ilmu yang mempelajari kehidupan sosial/masayarakat di sebut sebagai
sosiologi, yaitu hasil akhir dari perkembangan ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang kehidupan masyarakat.
Seiring dengan perkembangan waktu
dan kehidupan yang terus meningkat serta perkembangan zaman yang begitu cepatnya,
meberikan efek/dampak di dalam setiap kehidupan masyarakat. Disini kita sadari
bahwa orang hidup di dunia ini bukan hanya sekedar bergerak tanpa arah dan
tujuan dan bukan hanya sekedar menjadi penunggu bumi saja. Untuk mencapai
sebuah kesejahteraan dalam kesatuan masyarakat dibumi, para manusia butuh
dengan adanya agama dan tuhan. Walaupun di indonesia ini tersedia berbagai macam
agama yang berbeda-beda tapi INSYAALLAH mayoritas penduduk di indonesia
beragama islam. Meskipun banyak orang-orang yang kabur akan pengertian dari
agama dan islam itu sendiri.
Jika kita pelajari secara fundamental, betapa
pentingnya makna dari sebuah agama islam dalam kehidupan umat atau masyarakat
di dunia ini. Islam adalah suatu kebenaran, keselamatan bagi umat manusia di
bumi. Islam memiliki nilai-nilai/aturan yang sangat berpengaruh bagi kehidupan
dan kesejahteraan masyarakat. Karena islam memberikan nilai-nilai penting dalam
kehidupan umat ataupun dalam kesatuan masyarakat, yang dapat merubah pola hidup
manusia menjadi lebih baik. Baik terhadap tuhannya, lingkungannya, maupun
terhadap semua orang. Sebab dari itu maka sangat penting lah adanya
integrasi/korelasi antara hasil akhir dari ilmu pengetahuan ( sosiologi )
dengan ajaran-ajaran yang terkandung dalam islam. Untuk dapat menciptakan pro
fenomena serta kesatuan masyarakat yang bersatu dan sejahtera dengan
berlandasan pada ajaran-ajaran yang terkandung dalam islam.
BAB I
PENDAHULUAN
·
LATAR BELAKANG
Pengkajian
tentang sosiologi bukan lah sesuatu yang baru melainkan pengkajian sosiologi,
ilmu yang mempelajari tentang segala fenomena yang terjadi dalam masyarakat
tersebut sudah dikaji dari sejak abad-abad yang lalu. Seorang ahli yang bernama
August Comte berpendapat bahwa sosiologi merupakan hasil terakhir dari ilmu
pengetahuan. Kemudian dengan seiringnya waktu dan perkembangan zaman lalu
tumbuhlah pengkajian tentang islam seiring dengan berkembangnya pengajaran ilmu
perbandingan sosiologi agama yang di latar belakangi oleh faktor kepustakaan
islam yang masih langka dan kurang memadai serta bersifat ekslusif.
Telah
banyak dari para ahli dari barat yang telah mempelajari atau meneliti tentang
ilmu penegtahuan ( sosiologi ) seperti marx, weber dan yang lainnya, yang
berasal atau bermula dari pemikiran seorang tokoh dari timur yaitu Abu zaid
Abdurrahman Ibnu Muhammad ibnu Khaldun al-Hadrami atau panggilan yang
masyhurnya biasa disebut dengan Ibnu Khaldun. Yang merupakan salah satu
sejarawan muslim sekaligus Bapak yang pertama kali mendirikan ilmu sosiologi.
Dengan
adanya ilmu sosiologi diharapkan akan memberikan memberikan dan membuka
cakrawala baru bagi pendekatan suatu realita yang sampai sekarang masih rancu,
beragam dan ruwet keadaannya, yaitu dengan membungkus ilmu sosiologi kedalam
wadah islam. Dengan terintegrasinya ilmu sosiologi dengan islam maka akan
menjadikan sesuatu yang dapat menghasilkan suatu pemecahan masalah yang ada
dalam kehidupan setiap orang/masyarakat.
Sesungguhnya telah begitu banyak
pengkajian islam terlalu bersifat khusus untuk dapat mencakup selayaknya
segi-segi pokok dari sosiologis yang menyangkut fenomena-fenomena islam.
Kemudian banyak pula dari catatan penting islam yang termuat dalam sejaraj
agama-agama mempunyai isi sosiologis yang samar. Maka dari itu amatlah penting
akan kebutuhan dari penelitian-penelitian tentang islam, yang akan
mengungkapkan segi-segi penting sejarah dan struktur masyarakatnya dalam
kerangka sosiologis yang luas dan yang ada relevansinya dengan
permaslahan-permaslahan teoritis modern.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENAFSIRAN ISLAM MENURUT
WEBER
Pengkajian
tentang islam merupakan sosiologis yang terlantar, baik dalam bidang
fenomenologi maupun sejarah agama-agama. Memang nyaris tidak ada sesuatu
penyelidikan penting tentang islam dan masyarakat islam. Kadang-kadang para
ahli islamologi menerangkan ketiadaan tradisi ilmiah dengan kata-kata yang
menyalahkan kegersangan dan ketidak aslian islam. Marx dan Durkheim hanya
sedikit sekali atau bahkan tidak pernah mengatakan apa-apa tentang islam,
sedangkan Weber meninggal dunia sebelum karyanya “Religion Soziologie” rampung
dengan isi yang paripurna tentang islam. Kebanyakan proyek penelitian dari para
ahli pendiri sosiologi, hanyalah mengenai tentang kristen, agama-agama primitif
di asia, akan tetapi jarang terdapat tradisi yang kuat mengenai penyelidikan-penyelidikan
islam yang berurat akar dalam tanah sosiologi modern.
Cara Weber dalam menafsirkan dan memperlakukan
islam secara faktual sangatlah lemah, tidak seperti tesa khususnya Calvinisme,
yang mula-mula dikembangkan Weber dalam karyanya The protestant ethic and the
spirit of capitalism. Pada umumnya pembahasan Weber tentang islam yang
menggunakan istilah-istilah dominasi patrimonial dan foedalisme sejalan dengan
sosiologi marx, walaupun tidak dengan marxisme. Dalam memahami Weber, banyak sosiolog
yang mengalami banyak keruwetan alasan-alasan dan uraiannya, tetapi mereka
sependapat, bahwa memang ada suatu tema sentral dalam karya Weber yang
menyatukan dan mempersatukan pemikiran sosiologis nya.
Catatan-catatan Weber tentang islam
kelihatannya hanya sebagai pendamping saja bagi analisis sosiologis Etika
protestannya. Memang Weber memandang islam dalam banyak segi, sebagai lawan
puritanisme. Bagi Weber, islam bersemangat hedonis murni, yang mengutamakan
kesenangan dan kebahagiaan dalam hidup, khusunya terhadap wanita, kemewahan dan
harta benda. Mengingat kemudahan yang diberikan oleh Etika Qur’an, tidaklah
terdapat pertentangan antara perintah-perintah moral dan duniawi dan hasilnya
adalah, bahwa tidak mungkin etika asketis yang dominan akan muncul dalam dunia
islam.
Kemudian ketika Weber mulai menganalisa islam
ia memusatkannya pada sifat-sifat politik, militer dan ekonomi masyarakat
muslim sebagain suatu bentuk dominasi patrimonial. Ia memperlakukan peranan
nilai-nilai sebagai nomor dua dan tergantung pada kondisi sosial islam.
Sepanjang Weber benar-benar menganut posisi itu, maka analisanya tidak berbeda
jauh dengan Marx dan Engels yang menyatakan, bahwa mode produksi asia, ciri
khasnya india, cina dan turki telah melahirkan tatanan sosial yang tahan
menderita, dan tidak laras dengan kapitalisme. Jika Weber benar-benar berpegang
teguh pada penafsiran ini, yaitu industrialisasi islam terhalang oleh ketidak
stabilan yang diciptakan oleh struktur politik militernya, maka hasil yang
diperolehnya benar-benar luar biasa.
B.
PEMBAHARUAN ISLAM DAN
SOSIOLOGI MOTIF-MOTIF
Menurut
weber mengenai islam, yang menjadi maslah pokok dalam perkembangan islam adalah
dominasi kendali patrimonial. Berabad-abad sebelum kehancuran sultan usmani
pada periode modern, peradaban islam telah terpecah-pecah menjadi bagian-bagian
kecil dan dikuasai oleh para tentara dinasti-dinasti patrimonial ( abasyiah,
mamluk, usmaniyah ). Dengan adanya bentuk kekuasaan yang perianal ini, masyarakat
islam tidak dapat mengembangkan institusi-institusi yang ada di barat yang
sangat berarti sekali bagi kebangkitan kapitalisme modern.
Adanya istilah motif yang di ungkapkan weber,
dalam tafsiran sosiologi adalah suatu deskripsi verbal yang memberikan
gambaran,penjelasan atau dasar kebenaran tingkah laku yang dilakukan oleh
seorang aktor sosial. Untuk memahami motif-motif maka perlu adanya analisa dari
konteks-konteks sosial yang subyektif dari hubungan-hubungan antar manusia yang
pada dasarnya dipengaruhi oleh perubahan-perubahan kultural dan ekonomi dalam
masyarkat.
Menurut pandangan Weber tentang islam, bahwa
pada abad ketujuh merupakan suatu penentuan perkembangan motif-motif islam.
Menurutnya islam sebelum berhijrah ke madinah merupakan ajaran monoteis murni
yang mungkin akan mengakibatkan aketisme duniawi, tetapi islam dibelokan dari
etika transformatif ini. Dalam pandangan weber, bahwa kepercayaan yang ortodoks
dan kepastian yang mendalam dari para umat islam tidak begitu penting
dibandingkan dengan keanggotaan masyarakat. Situasi ini tercermin di dalam dua
ide yaitu Dar al-islam ( rumah tangga kepada tuhan ) dan Dar Harb ( rumah
tangga non islam ). Kesetiaan pada bentuk lahiriah agama, upacara-upacara agama
dan institusi-institusi masyarakat menjadi lebih penting ketimbang perubahan
perorangan. Islam awal puas dengan pernyataan kesetiaan pada tuhan dan pada
Nabi, bersama-sama dengan beberapa perintah utama yang praktis dan ritual,
sebagai dasar keanggotaan.
Mengenai
etika islam, terdapat sejumlah kebertan yang kuat terhadap pandangan weber.
Weber terlalu berlebihan dalam menkankan peranan khusus masyarakat muslim dan
mungkin dan mungkin tidak menyadari pentingnya para saudagar dalam pembentukan
nilai-nilai islam awal. Para saudagar menciptakan sebuah panggilan di dunia
yang menempatkan motif-motif bisnis di tempat yang tertinggi. Baik nilai-nilai
humanisme kesukuan maupun etika bisnis kaum elit perkotaan. Tipe ideal weber
yaitu, islam sebagai sebuah agama para pembesar terlalu kaku dalam menghadapi
sejumlah besar perubahan motivasi yang dapat dideteksi dalam islam melalui
perubahan-perubahan pada struktur sosialnya.
C.
ISLAM DAN SEKULERISASI
Rasionalitas dan organisasi birokratis
menjadikan orang-orang lebih modern dan menjadikan pengendalian yang efektif
terhadap alam dan masyarakat, membebaskannya dari kegelisahan-kegelisahan dunia
yang tidak dapat diramalkan dan melepaskannya dari kekuasaan kekuatan-kekuatan
ghaib. Akan tetapi, penciptaan dunia yang seperti mesin tidak sekaligus
menjamin kebebasan politik. Sebaliknya, di gunakannya bentuk-bentuk organisasi
yang birokratis yang akan menyebabkan manipulasi manusia oleh lembaga-lembaga
yang justru telah diciptakan untuk masyarakat. Weber terkesima oleh
perkembangan-perkembangan institusional zamannya, rasa kehawatirannya yang
pesimitis jauh lebih tertuju pada masalah nilai-nilai modern, kesadaran sosial
dan pengalaman subyektif suatu masyarakat rasional. Persoalan yang dihadapi
oleh manusia modern adalah bahwa dunia sosial dan dunia pribadinya pada
dasarnya telah menjadi begitu kecil. Kodifikasi hukum, ilmu pengetahuan ilmiah,
organisasi rasional dapat membantu merumuskan sarana yang sesuai untuk mencapai
tujuan-tujuan hidup, namun prosedur-prosedur tersebut tidak dapat membantu kita
untuk memilih diantara nilai-nilai yang absolut atau tujuan yang bersaing.
Penggambaran weber mengenai jurang antara pengetahuan rasional dan pertimbangan
moral sangat erat hubungannya dengan filsafat ilmu pengetahuan sosial sendiri,
terutama dengan gagasan yang netralitas etis.
Dalam
pembicaraan weber mengenai sekulerisasi, sanggahannya tidaklah sampai bahwa
“Tuhan telah mati”, tetapi tidak lebih bahwa masyarakat modern menghasilkan
banyak dewa yang tidak memiliki kekuatan, baik secara individual maupun
kolektif. Perkembangan ilmu pengetahuan yang progresif dan meningkatnya
spesialisasi semua lapangan membangkitkan semua pandangan dan tafsiran yang tak
terbilang banyaknya terhadap realitas, tetapi justru karena
penafsiran-penafsiran ini tidak terbatas dan tidak dapat dijadikan suatu nilai
yang absolut. Dari segi pengalaman manusia, bahwa tak ada momen-momen
peningkatan semangat kharismatik klimaks moral. Manusia modern malah hidup di
dataran yang tidak terbatas tanpa horison-horison, sebuah kebakaan duniawi tanpa
arti yang mendasar. Ditingkat umum, sekulerisasi mengesankan suatu kekosongan
moral yang tidak dapat diisi oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan tidak dapat
dimiliki kembali oleh Dewa-dewa yang lama.
Ada kemiripan yang sangat mencolok
antara pandangan Weber dan Durkheim mengenai sekulerisasi pada peralihan abad.
Durkheim juga mengatakan perubahan sosial telah menghilangkan batas-batas
tradisional yang memberi arti dan kemantapan pada kehidupan. Dalam masa
transisi antara perintah-perintah normatif tradisional dan bentuk-brntuk baru
nurani kolektif, akan timbul sejumlah anomi dan ketidakpastian, yang tercermin
pada angka kenaikan bunuh diri, tetapi durkheim beranggapan bahwa masa depan
akan membawa kenaikan-kenaikan semangat kreatif keagamaan.
Dan
menurut pandangan Berger, sektor-sektor umum yang dominan, industri, politik
serta hukum telah dilepaskan dari penguasaan tujuan-tujuan agama yang mengikat
sedemikian rupa sehingga kita mengalami dunia yang terpecah-pecah dan tidak
mantap. Dengan demikian, ada kaitan penting antara perubahan-perubahan
struktural yang diakibatkan oleh produksi kapitalis dan kekosongan empiris
kepercayaan-kepercayaan moral yang menjadi kian tidak mantap.
D.
SOSIOLOGI AGAMA IBNU
KHALDUN
Durkheim
sebagai seorang ahli dalam bidang ilmu sosiologi agama modern, melatakan agama
sebagai sumber solidaritas sosial masyarakat, khususnya bagi masyarakat yang
lebih sederhana, meskipun mereka tidak berkumpul satu sama lain. memposisikan
agama sebagai sumber identitas kelompok dan sumber solidaritas sosial telah
melahirkan berbagai corak teoritik mengenai hal tersebut. Ibnu Khaldun sendir
berpendapat bahwa solidaritas atau ashobiyah muncul dari konstruksi agama, ia
melihat peraturan keagamaan berada dalam transisi antar kehidupan nomaden dan
menetap. Islam menurut Ibnu Khaldun dapat menetralkan partikularisme kelompok,
membawanya pada kekuatan dan kesatuan yang dibutuhkan bagi sebuah keberhasilan.
Dalam hal ini, Ibnu Khaldun menganggap bahwa agama sebagai sumber kekuatan yang
mampu mengikat masyarakat dalam membentuk suatu kelompok-kelompok yang lebih
soli, lebih kuat dan maju.
Dalam
ajaran islam yang diyakini Ibnu Khaldun sebagai sumber kebenaran dan sumber
niali yang dapat membangun solidaritas sosial, memiliki perangkat-perangkat
norma dan nilai yang dapat membangun solidaritas sosial, memiliki
perangkat-perangkat norma dan nilai yang menuntun manusia pada tingkah laku
yang baik. Islam menjadi sumber otoritas sosial manusia untuk menentukan suatu
tindakan sosialnya, lebih dari itu islam menurut Ibnu Khaldun dapat membantu
manusia untuk mengembangkan perasaan berkelompok orang-orang, yang tidak hamya
terbatas pada hubungan kekeluargaan, melainkan menumbuhkan suatu solidaritas
kelompok atau organisasi.
Tingkat
abstraksi Ibnu Khaldun mengenai masyarakatnya yang secara sederhana, ia
menyebutnya dengan masyarakat nomaden(pengembara) dan masyarakat kota
(menetap), pada dasarnya merupakan konsep-konsep sosiologi. Penjelasannya
dengan solidaritas yang dibingkai agama dalam masyarakat yang multi etnik
(plural), kelompok-kelompok dan suku-suku menjadi hangat yang dibingkai denagn
agama.
E.
AGAMA, ETNIS DAN CITA-CITA
KELOMPOK
Dalam
kajian tentang masyarakat terbelakang dan suku-suku tradisional, seringkali
melahirkan suatu kesimpulan bahwa mereka memiliki tingkat solidaritas yang
tinggi. Solidaritas tersebut diikat oleh suatu keyakinan bersama mengenai
adanya tuhan semesta alam.
Cita-cita
kelompok atau suku biasanya muncul dari lembaga-lembaga atau agama yang
dilembagakan seperti dalam masyarakat sederhana. Dalam masyarkat seperti ini,
agama dilembagakan, doktrin dan ritual keagamaan telah dibakukan dan diresmikan
serta dipandang penting bagi anggota suku-suku.
Menurut
pandangan Ibnu Khaldun, bahwa tidak ada perbedaan antara etnis dan agama.
Konsep ahobiyah yang merupakan konsep kunci pemikiran sosiologi Ibnu Khaldun
dapat menjadi pisau analisis dalam memahami kondisi-kondisi sosial masyarakat.
Menurut Spickard, dua istilah etnis dan agama, tidak ada yang lebih unggul satu
dibanding lainnya, perasaan berkelompok sendiri bisa dimiliki oleh setiap orang
seiring dengan pertemuan terjadi. Agama dan etnik menurut Ibnu Khaldun,
merupakan identitas sendiri bukanlah merupakan atribut persnonal, melainkan
atribut kelompok. Itulah alasannya, etnisitas dan agama merupakan fungsi
kelompok, yang dalam bahasa Khaldun disebut dengan Ashobiyah.
Masyarakat
terbangun diatas pluralitas agama, etnik, suku-suku, dan berbagai kelompok yang
memiliki kecenderungan dan cita-cita politik sendiri-sendiri. Dalam sejarah,
masyarakat dan agama merupakan dua entitas yang selalu menyatu dengan dimensi
kehidupan manusia.
BAB III
ARGUMENTASI PRIBADI
Sesungguhnya dalam kehidupan manusia tidak pernah lepas dari
adanya perbedaan antara individu satu dengan yang lainnya. Dalam kehidupan
masyarakat selalu tersimpan/terbentuk suatu fenomena nyata yang tak bisa
dihindari oleh manusia, karena kehidupan manusia yang bersifat dinamis dan
selalu berkembang dari waktu ke waktu. Terbentuknya suatu kelompok atau tatanan
masyarakat dan berbagai konflik dan fenomena yang terjadi di dalamnya, menarik
perhatian dari para ahli sosiologi dari barat, seperti weber, marx, durkheim
dan yang lainnya, untuk membuat suatu proyek penelitian terhadap kehidupan
masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat dan terciptanya solidaritas yang
tinggi dalam kelompok-kelompok sosial di karenakan adanya landasan atau dasar dari
agama yang diyakini. Dengan adanya agama/nilai-nilai agam dalam setiap
kehidupan masyarakat, dapat menjadi faktor pemersatu antara manusia satu dengan
yang lainnya dan menanamkan perasaan solidaritas dalam lingkaran kehidupan
sosial manusia. Maka dari itu adanya korelasi antara islam/agama dengan
sosiologi, sangatlah penting, keduanya mempunyai keterkaitan yang sangat erat
untuk dapat menciptakan masyarakat yang damai dan sejahtera.
Sesungguhnya agama dan masyarakat merupakan dua entitas yang
menyatu dan terkait, agama islam dapat menjadi pemandu bagi moralitas
warga/masyarakat, dan juga menjadi posisi sentral bagi terbentuknya suku dan
etnik. Dalam kehidupan masyarakat agama adalah suatu sumber otoritatif bagi
terbentuknya ashobiyah/solidaritas, baik dikalangan masyarakat nomaden maupun
dikalangan masyarakat menetap. Agama islam dijadikan dasar titik sentral yang
dapat mengikat adanya interaksi sosial tiap individu serta yang dapat mengatur
hubungan sosial masyarakat dengan baik, dan adanya nilai-nilai agama ialah
menjadi Patron untuk dapat membentuk watak dalam tiap individu. Dalam hal ini,
agama yang terdapat dalam masyarakat (khususnya agama islam) memiliki pola
keyakinan/doktrin yang dapat menentukan manusia untuk dapat menjalin hubungan
baik dengan sesamanya maupun dengan Allah Swt.
Betapa pentingnya peran dan fungsi islam/agama dalam
kehidupan setiap individu atau masyarakat. Agama merupakan suatu alat yang bisa
mempersatukan kehidupan yang memiliki orientasi religius, dari adanya keyakinan
atau agama dalam kehidupan manusia dapat menghilangkan persaingan dan perasaan
saling iri dan dengki yang selalu ada dalam kelompok, suku, etnik, dan
masyarakat. Dengan adanya agama dalam lingkaran masyarakat dapat membangun
bangunan struktur politik dan mengembangkan perekonomian dalam kehidupan
masyarakat.
Dari sosiologi islam Ibnu Khaldun, perlu diketahui bahwa
islam memiliki kebersinggungan langsung dengan dialektika sosial yang
berlangsung dalam realitas kehidupan masyarakat. Agama ,masyarakat dan
perubahan sosial memiliki pengaruh yang sangat kuat untuk dapat membentuk
peradaban manusia yang sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
o
Bryan S. Turner, SOSIOLOGI
ISLAM Suatu Telaah Analitis Atas Tesa Sosiologi Weber, 1984, Jakarta, Hal: 3 – 8, 261 – 278, 289 – 299.
o
Syarifudin jurdi, SOSIOLOGI
ISLAM Elaborasi Pemikiran Sosial Ibnu Khaldun, 2008, Yogyakarta, Hal: 198 –
204, 205 – 211.
deskripsi desa rawaapu cilacap jawa tengah
DESCRIPTION
OF MY VILLAGE
Dosen
pengampu : Muryanti,S. SOS.
Disusun oleh :
ASEP MAHFUD ( 12720045 )
Prodi/Matakuliah/Semester :
SOSIOLOGI/SOSIOLOGI PEDESKOT/ I
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012
PENDAHULUAN
· Pengertian Desa
Desa adalah bentuk
pemerintahan terkecil yang ada di negeri ini. Luas wilayah desa biasanya tidak
terlalu luas dan dihuni oleh sejumlah keluarga. Mayoritas penduduknya bekerja
di bidang agraris dan tingkat pendidikannya cenderung rendah. Karena jumlah
penduduknya tidak begitu banyak, maka biasanya hubungan kekerabatan
antarmasyarakatnya terjalin kuat. Para masyarakatnya juga masih percaya dan
memegang teguh adat dan tradisi yang ditinggalkan para leluhur mereka.
Dalam UU No.5 tahun 1979 menjelaskan,
bahwa desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai
kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat dan hukum yang
mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Sedangkan menurut salah satu
ahli PAUL H.LANDIS yang mengatakan bahwa desa adalah suatu wilayah yang
penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri - ciri sebagai berikut:
-Mempunyai pergaulan hidup yang saling mengenal,
-Adanya ikatan perasaan yang sama tentang kebiasaan,
-Cara berusaha bersifat agraris dan sangat dipengaruhi oleh faktor - faktor
alam, misalnya iklim, topografi, dan sumber daya alam.
·
DESKRIPSI DESA RAWAAPU
Desa rawaapu adalah desa
tempat kelahiran saya, sudah sekian lama saya tinggal di desa rawaapu yang kini
telah mengalami banyak perubahan atau pembaharuan. Desa sidamukti adalah desa
yang terletak di ujung barat dari kota cilacap yang berkecamatan patimuan
kabupaten cilacap provinsi jawa tengah indonesia. Desa rawaapu terletak di daerah pinggiran dari
kota cilacap jawa tengah sehingga letaknya lebih dekat dengan daerah jawa barat.
Batas daerah jawa tengah dengan daerah jawa barat dibatasi dengan tugu dan
jembatan yang melintasi sungai citandui yang dijadikan sebagai batas antara
jawa tengah dan jawa barat. Posisi desa rawaapu termasuk yang mempunyai letak
strategis yang letaknya tidak terlalu jauh dari kecamatan.
Menurut perkiraan, letak geografis
desa rawaapu terletak pada ketinggian 51-523 meter diatas permukaan laut dengan kemiringan 6º - 8º. Di desa rawaapu juga
terdapat sungai citandui yang mengalir membatasi jabar dan jateng. Tanah-tanah
di desa rawaapu terdiri atas lapisan tanah aluvial sehingga sangat cocok untuk
dijadikan atau di manfaatkan sebagai lahan pertanian. Sebagian besar penggarapan
lahan diusahakan sebagai lahan tanaman pangan dan lahan perkebunan. Sebagian
besar hasil dari tanaman-tanaman yang ada di desa rawaapu dari pemilik tanah
dijual kepada orang-orang yang mempunyai status yang lebih tinggi dalam
masyarakat dan adapula masyarakat yang menjual hasil panennya ke pasar serta
ada juga sebagian masyarakat yang mencari nafkah dari dagang alias seorang
wiraswasta yang mata pencariannya bukan berdasarkan dari hasil tanaman yang
dipanen di kebun ataupun di ladang pesawahan.
·
STRUKTUR PEMERINTAHAN DESA RAWAAPU
Kepala pemerintahan di Desa Rawaapu
dipegang oleh seorang kepala desa. Dalam menjalankan fungsi pemerintahannya, ia
dibantu oleh seorang sekretaris desa, beberapa staf/perangkat desa dan para
kepala dusun. Sementara itu, untuk menampung aspirasi masyarakat Desa Rawaapu
terdapat pula Lembaga Musyawarah Desa (LMD) yang merupakan sarana pertemuan
aparatur desa, para pemuka masyarakat dan kepala dusun. Dalam meningkatkan
pembangunan pedesaan, maka kepala desa memerlukan masukan-masukan pembangunan
yang berasal dari masyarakat dalam bentuk organisasi pedesaan, seperti LKMD,
PKK dan lain-lain. Dengan susunan struktur organisasi desa Rawaapu sbg :
KONDISI
EKONOMI , SOSIAL DAN POLITIK DESA RAWAAPU
· Dalam Kondisi
Ekonominya
Desa Rawaapu termasuk desa yang mempunyai
ukuran wilayah yang luas dan dihuni oleh masyarakat yang mempunyai jumlah cukup
banyak. Tidak semua penduduk desa Rawaapu adalah penduduk asli melainkan banyak
orang dari luar daerah desa yang masuk dan kemudian menetap dan menjadi
penduduk tetap didesa Rawaapu.
Dengan jumlah masyarakat yang banyak dalam
satu desa tentu saja menyimpan banyak perbedaan dan keberagaman penduduk.
Begitu juga banyaknya perbedaan dari segi ekonomi masyarakat yang ada di desa
Rawaapu kabupaten cilacap, yang mempunyai keberagaman ataupun perbedaan dalam
bidang ekonomi yang dijalankan oleh setiap masyarakat desa. Dalam hal
perekonomian penduduk desa Rawaapu dalam memenuhi kebutuhan hidup, masyarakat
lebih dominan berprofesi sebagai petani, pedagang, ataupun penghasil gula yang
dihasilkan dari banyak pohon kelapa atau biasa kalo didaerah saya biasa disebut
sebagai penyadap atau tukang deres kelapa.
Dari pekerjaan-pekerjaan
tersebut lah mereka bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka. Adanya pohon kelapa
yang melimpah serta lahan pesawahan yang luas menjadi penopang hidup masyarakat
desa rawaapu, tanah/lahan tersebutlah yang menjadi aset bagi penduduk desa.
Walaupun banyak ketergantungan dari pihak satu dengan yang lainnya, karena
tidak semua orang memiliki tanah atau lahan sawah sendiri. Dari yang memiliki
dan tidak memiliki tersebut maka terjadilah saling ketergantungan antara
masyarakat yang memiliki tanah dan tidak memiliki tanah atau aset untuk hidup.
Dan banyak masyarakat yang tidak mempunyai tanah atau aset untuk hidup tapi mereka bisa berhasil menduduki
stratifikasi sosial yang mapan dengan adanya usaha dan kerja keras, serta
adanya bantuan dari orang-orang pemilik tanah yang menyebabkan terjadinya
hubungan timbal balik atau hubungan yang seimbang atara orang atasan dan orang
bawahan.
· KONDISI SOSIAL
Keadaan sosial yang terdapat dalam desa
Rawaapu sangatlah harmonis. Perlu diketahui bahwa penghuni desa rawaapu
mempunyai beragam adat istiadat yang selalu di lakukan sebagai penduduk yang
mayoritasnya agama islam. Sebelumnya desaku bukanlah desa yang modern dan juga
bukan desa yang begitu indah, tapi dengan adanya rasa solidaritas, kebersamaan
serta memiliki tujuan dan cita-cita yang sama untuk membangun desa maka dari
sekian banyaknya penduduk bersatu dan saling bergotong royong untuk memperbaiki
dan membangun desa yang makmur tentram dan sejahtera. Walaupun
dalam stratifikasi mereka berbeda-beda, ada yang kaya ada yang sedang-sedang
dan juga ada yang miskin, tapi mereka berusaha untuk saling bahu membahu untuk
menciptakan suatu desa yang makmur. Dan dalam hal gotong royong tersebut
biasanya orang yang membimbing ataupun orang yang memberikan arahan adalah
orang-orang yang mempunyai posisi/jabatan dan mempunyai peran yang penting
dalam hubungan kemasyarakatan. Contoh
hubungan sosial dalam masyarakat rawaapu adalah ketika adanya kerja bakti dalam
membersihkan lingkungan setempat ataupun dalam membangun suatu perumahan,
kemudian adanya gotong royong dalam merenovasi masjid yang rusak, dll.
Perlu diketahui juga
bahwa penduduk desa rawaapu tidak hanya bisa atau mengerti bahasa jawa saja
melainkan mereka juga bisa mengerti dengan bahasa sunda. Karena banyak
orang-orang dari daerah jawa barat yang menetap dan sah menjadi penduduk desa
Rawaapu. Dan banyak orang-orang sunda yang telah sah menjadi penduduk desa
Rawaapu memiliki stratifikasi sosial yang
tinggi sekaligus diantara dari mereka telah menjadi salah seorang tokoh
masyarakat. Contohnhya saja : ketika khutbah pada hari jum’at bahasa yang
digunakan bukanlah bahasa jawi melainkan menggunakan bahasa sunda yang murni,
dikarenakan para tokoh yang ada di daerah tersebut berasal dari daerah sunda
asli. Meski demikian walaupun berbeda bahasa tapi mereka bisa saling memahami
dan saling rukun serta mempunyai rasa kesolidaritasan yang tinggi diantara
mereka.
Sebab pada dasarnya
dalam kehidupan masyarakat memang di takdirkan untuk saling membutuhkan dan
juga saling melengkapi satu sama lain. Mereka juga butuh seorang pemimpin atau
seorang tokoh masyarakat ataupun seorang tokoh agama yang dapat membina
sekaligus memimpin kehidupan masyarakat desa
menuju pada perbaikan dan juga menuju pada kemakmuran dari yang
diharapkan oleh semua penduduk desa.
· KONDISI POLITIK
Kondisi politik dalam
desa saya ,yang saya tahu adalah bahwa di dalam saya memiliki sistem
pemerintahan desa yang berfungsi dalam penyelenggaraan
ataupun perencanaan pembangunan desa yang menjadi satu kesatuan dalam sistem
perencanaan pembangunan daerah kabupaten. Dalam proses penyusunan perencanaan
pembangunan dalam desa dilaksanakan secara demokratis dan partisipatif dengan
melibatkan seluruh stakeholders desa. Dan
secara teknis operasional, proses penyusunan rencana pembangunan desa tersebut
lazimnya dikenal dengan sebutan Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan)
desa, yaitu suatu forum musyawarah yang diselenggarakan secara partisipasif
oleh para pemangku kepentingan desa dan pihak yang akan terkena dampak hasil
musyawarah. Sesuai dengan keperuntukan dan kepentingannya, untuk RPJMD disusun
setiap 5 tahun sekali sedangkan untuk RKP-desa disusun setiap setahun sekali.
Musrenbang tahunan
merupakan forum publik perencanaan program pembangunan desa yang
diselenggarakan oleh lembaga publik, yaitu pemerintahan desa bekerjasama dengan
para stakeholders dan warga desa. Cuma masalahnya Musrenbang belum dapat
menjadi ajang yang bersahabat bagi warga masyarakat terutama pada kelompok
miskin dan kelompok perempuan dalam menyuarakan aspirasi dan kebutuhannya.
Sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan desa, pemerintah desa atau yang biasa disebut dengan
kepala desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan
dan kemasyarakatan. Dalam kedudukannya pemerintah desa memiliki fungsi yang
sangat berpengaruh pada perkembangan pada suatu desa terutama pada desa Rawaapu
yang masih banyak membutuhkan perkembangan ataupun perbaikan agar bisa menjadi
desa yang besar dan makmur. Adapun fungsi dari dari pemerintah desa/kepala desa
adalah menyelenggarakan urusan rumah tangga desa , melaksanakan pembangunan dan
pembinaan kemasyarakatan , melaksanakan pembinaan perekonomian desa ,
melaksankan pembinaan partisipasi dan swadaya gotong royong masyarakat ,
melaksanakan pembinaan ketertiban dan ketentraman masyarakat , melaksanakan
musyawarah penyelesaian perselisihan , dan lain sebagainya.
Selanjutnya, BPD atau
yang biasa disebut lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa
sekaligus sebagai mitra pemerintah desa yang mempunyai fungsi dan tugas, yaitu
menetapkan peraturan desa bersama pemerintah/kepala desa , serta menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat.
Dengan memperhatikan
tugas dan fungsi dari masing-masing institusi, maka hubungan antara kepala desa
dengan BPD bersifat kemitraan dan berdasarkan pada prinsip check balances.
Begitu juga pemerintahan Desa yang laksanakan ditengah penduduk desa Rawaapu,
yang selalu membuka ruang dalam proses penyelenggaraan pemerintahan desa bagi
demokrasi yang substantif , yaitu demokrasi substantif yang bekerja pada ranah
sosial budaya maupun yang bekerja pada ranah politik dan kelembagaan.
makalah stratifikasi sosial
PAPER
LEMBAGA
KEMAHASISWAAN
Dosen Pengampu: Ambar
Sari Dewi, M.Si
Disusun oleh:
Asep Mahfud (
12720045 )
Prodi/Matakuliah/Semester:
Sosiologi/Pengantar
Sosiologi/I
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI
YOGYAKARTA
2012
BAB
I
Pendahuluan
a. Latar Belakang
Dalam dunia
perkuliahan atau dunia akademik di indonesia terdapat berbagai macam organisasi
yang tersedia bagi para mahasiswa. Lembaga/Organisasi keMahasiswaan adalah
suatu hal yang menarik untuk dibahas karena dengan adanya organisasi/lembaga
dalam dunia kampus dapat memberikan banyak warna dan manfaat bagi para
mahasiswa yang aktif dalam berorganisasi. Melalui organisasi tersebut para
mahasiswa dapat menemukan hal-hal baru yang mereka tidak menemukannya di dalam
kelas atau dalam dunia akademis.
Dalam organisasi
mahasiswa (ORMAS) juga tidak lepas dari adanya struktur organisasi yang
didalamnya secara otomatis tercipta atau menimbulkan adanya sebuah stratifikasi
sosial (pengelompokan masyarakat) yang bersifat hierarkis (bertingkat) menurut
dimensi kekuasaan yang di dasarkan pada previlese dan pestise. Adanya
penggolongan dari para personil dalam suatu organisasi ialah dimaksudkan atau
bertujuan untuk mengetahui dan menentukan setiap personil ( dirinya lebih rendah
atau lebih tinggi kedudukannya ) dalam suatu organisasi mahasiswa di dalam
setiap tingkatan-tingkatannya yang ada didalam suatu organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Stratifikasi Sosial (pengelompokan
Masyarakat) Pada Organisasi Mahasiswa dari Segi Ekonomi, Sosial dan Politik.
Organisasi
Mahasiswa ( ORMAS ) adalah suatu organisasi yang dijalankan oleh banyak orang
khusunya oleh para mahasiswa Yang berfungsi sebagai wadah untuk dapat
mengembangkan diri dan melatih diri dalam memimpin, membimbing dari personal
tingkat atas pada personal-personal dibawahnya. Adapun struktur lemba/organisasi
kemahasiswaan ialah ketua/pimpinan universitas, BEM universitas (badan
eksekutif mahasiswa), BEMF (badan eksekutif mahasiswa fakultas), UKM (unit kegiatan
mahasiswa), para anggota (mahasiswa). Dibawah ini akan dijelaskan tentang
kategori stratifikasi sosial dari segi ekonomi, sosial dan politik:
1.
Sistem pelapisan sosial berdasarkan
kriteria ekonomi.
Sistem ini terbagi kedalam tiga kelas
yang di dasarkan pada materi: kelas atas, kelas menengah, kelas bawah.
a.
Kelas Atas ( ketua/pimpinan
universitas )
Dalam organisasi mahasiswa yang
menduduki kelas paling atas berdasarkan segi ekonominya adalah ketua/pimpinan
universitas. Dalam ORMAS seorang pimpinan adalah seorang yang menyandang gelar
yang tertinggi serta yang mempunyai ukuran kehormatan yang tinggi dari para orang-orang
yang mempunyai jabatan dibawahnya.
Dikarenakan juga seorang pimpinan mempunyai wewenang/otoritas penuh dalam
mengkoordinir dan juga memerintah kepada orang-orang yang mempunyai jabatan
dibawahnya dalam menjalankan berbagai kegiatan yang ada dalam organisasi.
b.
Kelas Menengah
Dalam organisasi mahasiswa yang
menduduki kelas sosial menengah berdasarkan kriteria ekonominya adalah badan
eksekutif mahasiswa (BEM), badan eksekutif mahasiswa (BEMF), dan unit kegiatan
mahasiswa (UKM). Para personil diatas adalah yang menyandang gelar tertinggi
dibawah gelar/jabatan seorang pimpinan. Mereka tetap mendapat ukuran kehormatan
yang tinggi dari para anggotanya dari lapisan paling bawah. Mereka juga tetap
mempunyai ukuran kekuasaan/wewenang dari posisi jabatannya untuk mengatur para
anggota pada lapisan yang paling bawah.
c.
Kelas Bawah
Para anggota (mahasiswa) yang menjadi
anggota dan tidak memiliki gelar/jabatan khusus dalam organisasi maka mereka
termasuk pada lapisan sosial yang paling bawah dalam tubuh organisasi
mahasiswa. Para personal yang menjadi anggota, mereka tidak mempunyai
wewenang/kekuasaan untuk mengatur. Sebagai anggota, segala apa yang mereka
kerjakan adalah tergantung dari para atasan mereka, yang mempunyai hak dan
wewenang untuk mengatur dan mengadakan berbagai acara dalam organisasi
mahasiswa, serta mengatur dan mengoptimalkan jalannya acara atau kegiatan yang
ada. Sebagai anggota, mereka hanya mempunyai hak untuk menyampaikan aspirasi
mereka terhadap para atasan mereka.
2.
Sistem pelapisan sosial berdasarkan
kriteria sosial
a.
Yang dihormati/terhormat
Setiap orang yang memiliki
kekuasaan/jabatan tinggi maka ia akan menjadi yang terhormat dan selalu
dihormati oleh orang-orang yang dibawahnya. Begitu juga dalam organisasi
kemahasiswaan, seorang pimpinan universitas ia lebih di hormati dan di hargai
oleh para personil di bawahnya, karena ia memiliki ia memiliki jabatan tinggi
dan juga memiliki hak/wewenang dan otoritas tertinggi dalam dalam memberikan
perintah dan mengawasi setiap jalannya kegiatan dalam organisasi kemahasiswaan.
b.
Yang tidak/kurang dihormati
Dalam pelapisan organisasi
kemahasiswaan dapat diketahui bahwa orang-orang yang kurang dihormati ialah
mereka yang mempunyai jabatan dibawah jabatan seorang pimpinan universitas,
termasuk para anggota (mahasiswa) yang tidak mempunyai gelar/jabatan dalam
tubuh organisasi, mereka termasuk orang-orang yang kurang dihormati/tidak
dihormati dalam tubuh organisasi.
3.
Sistem Pelapisan sosial berdasarkan
kriteria politik
Secara umum kriteria politik terbagi dua yaitu
elit kekuasaan (kelompok dominan) dan grass root (massa,terdominasi).
a.
Elit kekuasaan ( Kelompok Dominan )
Personal yang menempati jabatan
tertinggi dalam lembaga/organisasi kemahasiswaan adalah seorang pimpinan/ketua
organisasi kemahasiswaan dan oleh sebab itu maka dengan gelarnya yang menempati
posisi tertinggi dalam organisasi maka ia mendapatkan ukuran kehormatan yang
paling tinggi serta lebih disegani dan disanjung oleh rakyatnya karena ia
memiliki wewnang dan otoritas tertinggi dalam mengatur berbagai acara/kegiatan
dalam lembaga/organisasi kemahasiswaan. Dan yang menempati kelompok dominan
yang kedua adalah para personil yang mempunyai kedudukan/jabatan di bawah
jabatan seorang pimpinan: BEM, BEMF dan UKM. Mereka adalah yang termasuk
kedalam kelompok dominan yang menengah/kedua setelah pimpinan
lembaga/organisasi kemahasiswaan.
b.
Grass Root ( Massa, Terdominasi )
Dalam organisasi kemahasiswaan yang
termasuk kedalam kelompok yang terdominasi (Grass Root) adalah para anggota
(mahasiswa), karena para anggota lah yang tidak memiliki hak dan kekuasaan
untuk mengatur. Para anggota hanyalah kelompok terdominasi yang menjalankan
setiap kegiatan dan aturan-aturan yang telah di tetapkan oleh atasan mereka
yang mempunyai wewenang untuk memberi aturan, mereka lah yang memiliki
kekuasaan terendah dalam organisasi kemahasiswaan.
B. Status Sosial (kedudukan) Dan Peranan
(Role)
1.
Di dalam setiap pelapisan sosial atau
organisasi pasti selalu terikat dengan adanya struktur dan unsur-unsur
didalamnya yang memiliki posisi-posisi/kedudukan tertentu yang di duduki oleh
setiap personal khusus dalam struktur yang ada dalam lembaga kemahasiswaan.
Setiap personal dalam struktur/unsur-unsur organisasi yang memiliki kedudukan
tertinggi, sedang ataupun terbawah dapat dilihat atau diketahui melalui dengan
siapa mereka bergaul atau berhubungan dengan orang-orang lainnya dalam suatu
sistem. Dengan mengetahui hubungan-hubungan para personil yang menjabat dalam
struktur organisasi dengan orang lain, dapat membentuk sebuah penilaian dari
setiap orang yang berbeda-beda terhadap orang-orang yang lainnya, yang
didasarkan atas jalinan hubungan/pergaulan yang mereka jalani dengan
orang-orang yang lainnya.
Ada dua
cara agar seseorang mendapatkan status sosial yang tinggi maupun yang sedang.
Yang pertama yaitu ascribed status, kedudukan/jabatan yang diperoleh bukan
karena kerja keras melainkan karena faktor keturunan dan bukan berdasarkan pada
kemampuan. Sedangkan achieved status adalah jabatan/kedudukan yang diperoleh dengan
kerja keras berdasarkan usaha yang disengaja yang didasarkan pada kemampuan.
Semakin tinggi social statusnya, seperti ketua/pimpinan, maka semakin banyak
hak dan fasilitas dan semakin mudahnya akses bagi para penyandang jabatan
tertinggi.
2.
Peranan ( Role )
Setiap
unsur-unsur dalam struktur organisasi mempunyai kedudukan dan peranannya
masing-masing. Mereka mempunyai tugas dan kewajibannya tersendiri dalam
organisasi, dan apabila mereka telah melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya maka mereka telah menjalankan peranannya.
Berikut
ini adalah unsur-unsur/struktur lembaga kemahasiswaan dan peranannya:
i.
Pimpinan universitas:
mengatur/mengkoordinir setiap bawahannya dalam pelaksanaan setiap kegiatan.
ii.
BEM universitas: mengkoordinasikan
kegiatan kemahasiswaan dalam bidang ekstrakurikuler, merencanakan dan
melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler dan kokurikuler.
iii.
UKM : merencanakan dan melaksankan
kegiatan ekstrakurikuler pada tingkat universitas yang bersifat lintas
fakultas/prodi.
iv.
BEMF : Memawikili kegiatan mahasiswa
ditingkat fakultas untuk dapat mengembangkan wawasan keilmuannya difakultas,
Merencanakan dan memprogram ekstrakurikuler dan kokulikuler.
Demikianlah struktur lembaga kemahasiswaan
dan peranannya. Setiap pelapisan sosial dalam organisasi mempunyai hak dan
peranan yang berbeda-beda sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam lembaga
kemahasiswaan, demi terlaksananya kegiatan dan terciptanya kesejahteraan bagi
para mahasiswa dalam dunia akademik.
C.
Manfaat Pelapisan Sosial dalam
ORMAS/Lembaga Kemahasiswaan
Adapun manfaat dari pelapisan sosial
adalah agar terciptanya kelompok-kelompok yang seimbang, dan memudahkan
masyarakat untuk mengetahui status dan peranannya masing-masing dalam pelapisan
sosial, dan agar mendorong orang-orang yang terdapat dalam lapisan sosial yang
paling bawah atau sedang,untuk mampu bersaing dan berusaha untuk mendapatkan kedudukan/status
sosial dalam lapisan sosial teratas dalam hidupnya.
BAB III
KESIMPULAN
Lembaga/organisasi kemahasiswaan
adalah sebuah organisasi yang sengaja di buat dalam dunia akademik bagi para
mahasiswa. yang mempunyai visi dan misi serta tujuan untuk mencapai
kesejahteraan dalam lingkungan akademik dengan mengembangkan bakat atau kemampuan
yang dimiliki para mahasiswa. lembaga kemahasiswaan dibentuk oleh, dari dan
untuk mahasiswa demi kebutuhan dan kepentingannya.
Di dalam lembaga kemahasiswaan juga memiliki
struktur dan unsur-unsur yang berperan aktif dalam menjalankan sistem
organisasi kemahasiswaan yang diperankan oleh setiap personil sesuai dengan
jabatannya yang memiliki peran dan fungsi yang berbeda-beda. Kemudian setiap
unsur-unsur dalam struktur organisasi/lembaga ialah bersifat dinamis dan
terbuka. Artinya bahwa setiap personil dalam struktur organisasi itu dapat
berganti-ganti sesuai dengan situasi dan kondisinya, yang dapat menyebabkan
terjadinya perubahan-perubahan pelapisan sosial dalam dalam tubuh
lembaga/organisasi itu sendiri.
Selain itu setiap struktur/unsur-unsur
dalam organisasi selalu dibedakan dengan adanya pelapisan sosial. Dengan adanya
pelapisan sosial dalam tubuh lembaga/organisasi memberikan pandangan dan
penilaian yang berbeda-beda dari seseorang kepada orang yang lainnya, bisa
dilihat dari pergaulan atau hubungannya dengan orang lain.
Adapun struktur yang ada dalam lembaga
organisasi kemahasiswaan adalah sbg:
-
Ketua/Pimpinan universitas
-
BEM universitas ( badan eksekutif
mahasiswa )
-
BEMF ( badan eksekutif mahasiswa
fakultas )
-
UKM ( unit kegiatan mahasiswa )
-
Anggota ( Mahasiswa-Mahasiswi )
Langganan:
Postingan (Atom)