Sabtu, 20 Oktober 2012

my experience


DIBALIK KEHIDUPAN YANG RUMIT DAN HIDAYAH
ASEP MAHFUD / 12720045 / SOSIOLOGI
             
            Bermula dari masa kecil saya ,yang belum mengenal dunia pendidikan PAUD ,TK ,maupun SD, dll. Dari sejak kecil saya merasakan kehidupan yang kurang menyenangkan. kedua orang tua saya yang selalu beradu emosi alias bertengkar setiap harinya,yang seakan akan mereka tak pernah peduli lagi  pada saya dan adik saya yang masih kecil. Hampir setiap hari saya melihat kedua orang tua saya bertengkar ,sampai sampai lontaran suara yang mereka keluarkan membuat ku dan adikku selalu menangis ketakutan karena pertengkaran mereka. kami yang masih kecil hanya bisa terdiam melihat kelakuan orangtua saya yang emosinya telah dkuasai oleh setan , tiada hari tanpa bertengkar, adu mulut diantara mereka terdengar keras pada tetangga – tetangga dekat rumah yang berjarak tidak terlalu jauh dari rumah, sehingga menimbulkan pembicaraan atau menghasilkan berita teraktual di lingkungan masyarakat.
            Keadaan buruk yang ada dirumah masih tetap berlangsung hingga saya menginjak pendidikan dasar (SD), bahkan setelah saya beserta keluarga menempati rumah baru yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah yang kami tempati sebelumnya ,Alhamdulillah rumah kami yang baru ini lebih bagus dan lebih besar dari rumah yang lama akan tetapi walaupun perkembangan ekonomi orangtua saya semakin baik pertengkaran antara kedua orangtua saya masih tetap berlangsung, Entah mengapa mereka tak pernah damai dalam kurun waktu yang lama .
            Saya dan adik saya yang masih berumur enam sampai delapan tahunan hanya bisa terdiam dan diam saja melihat kelakuan mereka yang tak pernah sadar akan prilaku negatif mereka di dalam rumah ,tapi lama kelamaan kebiasaan mereka bertengkar tak pernah aku hiraukan ,”terserah mereka lah mau bagaimana”.begitu tutur ku dalam hati .
            Seperti biasa setiap pagi aku dan adikku berangkat ke sekolah dengan menunggangi sepeda masing masing dan dibekali uang oleh orangtuaku seribu limaratus sampai duaribu rupiah ,bagiku jumlah uang yang diberikan cukup besar ketika di aku masih di bangku SD. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah kami tidak pernah sarapan terlebih dahulu di rumah, karena ibuku jarang masak. aku dan adikku selalu membeli makanan di warung warung yang ada di sekolah atau warung yang ada disekitaran sekolah, untuk menopang tulang punggung agar tetap bisa tegak berdiri dan belajar di sekolah .
            “teng...teng...teng “lonceng yang berada disudut sekolah telah berbunyi ,tanda waktu jam pelajaran sekolah telah usai. Jika Pulang sekolah aku tiadak pernah pulang bersama adikku karena adikku selalu lebih awal jam pulangnya.  
 
              Setiap pulang sekolah ku selalu pergi ke rumah nenekku yang rumahnya hanya melewati beberapa rumah saja dari posisi rumahku, setiap pagi sampai sore rumahku selalu kosong tak berpenghuni karena orangtuaku bekerja di sebuah kios di pasar. Setiap pagi dan sore aku dan adikku berada di rumah nenek, ketika di rumah nenek kadang-kadang aku selalu diberi nasehat-nasehat dan dongeng tentang kehidupan masalalu kakek dan nenek. Aku merasa lebih betah tinggal di rumah tua ini daripada tinggal dirumah sendiri, karena kondisi dirumah yang sudah puluhan tahun terasa damai dan tentram. Sangat berbeda dengan kondisi rumahku, hampir setiap hari selalu ada cekcok antara ibu dan ayah.
              Waktu masih terus berputar,detik demi detik hari demi hari masih terus berganti kecuali jika Allah menyuruh matahari berhenti untuk berputar. Saat itu aku telah naik kelas dari kelas empat meningkat menjadi kelas lima SD, pada waktu itu budaya kedua orangtuaku yang selalu bertengkar masih terus berlanjut, entah apa sebabnya mereka bertengkar. Hingga pada akhirnya mereka mengakhiri dengan sebuah talak dan bercerai. mereka dengan gampangnya bercerai tanpa memikirkan anak-anaknya yang masih butuh akan kasih sayang dari kedua orangtua.
               Tapi jika itu sudah merupakan kehendak dari Rabbul A’lamin, tak ada seorangpun dari semua makhluk dibumi yang bisa merubahnya. Keadaan mulai berubah aku hanya tinggal bersama ibu dan adikku, sekarang sudah tak ada lagi keramaian yang terjadi di rumah, kondisi dirumah menjadi tenang tanpa kepala keluarga. Ibuku sekarang hanya bekerja sendirian untuk mencari nafkah dan membiayaiku dan adikku sekolah. Sejak saat itu aku jarang sekali bertemu dengan ayahku dan ia pun tak pernah lagi membiayai kami untuk sekolah.
              Syukur alhamdulillah segala puji bagi Allah yang selalu melimpahkan rizki-NYA dan memberikan kekuatan  pada ibuku sehingga aku dan adikku masih bisa sekolah. Setelah beberapa bulan setelah perpisahan mereka, terkadang saya selalu berpikir dan bertanya tanya dalam hati saya tentang penyebab yang membuat kedua orangtua saya bertengkar sampai akhirnya berpisah. Dalam keadaan yang sunyi dan kesendirian, saya selalu berkata kata dalam hati saya: “mengapa hidupku rasanya tidak pernah ada kebahagiaan di dalam keluarga”, mereka tidak pernah memberikan kasih sayang yang cukup pada kedua anaknya.
              Ketika itu jabatan pengasuhan ku dan adikku yang bernama Siti Saadah, beralih pada kakek dan nenekku, dan kemudian kami tinggal bersama nenek dan kakek dari Ibu. Di hari-hari yang lalu semasa aku masih tinggal dengan kondisi keluarga yang masih utuh, orang tuaku tak pernah memberikan nasehat-nasehat atau pelajaran tentang agama dsb, berbeda ketika aku tinggal bersama kakek dan nenek, mereka selalu memberikan pelajaran dan menuntunku untuk bisa shalat,walaupun terkadang mereka sering memarahiku karena kelakuan nakal yang ku perbuat setiap hari. Hampir setiap hari aku kena marah dari kakek, walaupun aku selalu dimarahi setiap hari tapi itu semua tidak menjadikanku lebih baik atau menjadi anak yang pendiam, saya merasa malah semakin bandel tapi kenakalanku tidak tampak didepan kakek dan nenek.
                 Pada tahun 2007 saya lulus dari SDN 04 desa rawaapu kec.patimuan kab.jawa tengah, kemudian kakek menyuruh saya untuk masuk pondok pesantren yang terletak di daerah pangandaran kab.ciamis jawa barat. pondok tersebut bernama ma’had sabilil muttaqien yang berpusat di magetan jawa timur yang berdiri pada tahun 2000.
              Alasan kakek saya ingin memasukan saya di pesantren ialah karena paman saya juga mondok disana. Ketika itu ada suatu acara Maulid Nabi yang di adakan di masjid yang letaknya tak terlalu jauh dari rumah, dan kebetulan paman saya yang sedang berada di lembur akan mengikuti acara maulid nabi tersebut sebagai bintang tamu yang akan membawakan sebuah pidato berbahasa arab di acara malam maulid Nabi Muhammad saw itu.
                Di malam acara maulid Nabi berlangsung kakek saya hadir disana dan menyaksikan khithobah yang dibawakan dengan bahasa asing oleh paman saya yang umurnya tidak berbeda jauh dengan umur saya. dalam acara itu dia berpidato dengan baik dan lancar dengan bahasa asingnya, semua mustami’ yang menyaksikannya terkagum kagum sambil memberikan tepuk tangan yang meriah atas pidato yang dibawakannya itu, walaupun mungkin dari para mustami’ yang memberikan aplus hanya beberapa orang saja yang mengerti dengan bahasa arab.
               Mungkin pikirku dari situlah kakek tertarik untuk memasukkan ku ke pondok pesantren di ciamis selatan itu. Akupun tak bisa menolak dengan keinginan mereka padaku untuk sekolah mondok, lagian tak ada salahnya juga jika aku mencoba untuk hidup di ponpes sambil belajar hidup mandiri tanpa orangtua, karena saya yakin bahwa mereka hanya ingin memberikan yang terbaik padaku meskipun mereka sering memarahiku karena kenakalanku dulu.
                 Hari selasa pagi saatnya tiba untuk menyelesaikan registrasi dan memenuhi semua persyaratan persyaratan masuk pondok, Setelah semuanya selesai rasa sedih mulai terasa di dalam hati ketika semuanya pergi meninggalkan saya sendirian tanpa ditemani oarngtua.
                Kehidupan baru mulai kujalani di dalam dunia pondok, dengan perlahan lahan saya mulai  belajar untuk beradaptasi dengan lingkungan yang masih asing dan wajah wajah baru yang masih belum saya kenal. Dalam lingkungan yang baru saya masih belum bisa beradaptasi dengan teman teman baru, dalam situasi seperti ini saya cenderung lebih pendiam dan pemalu dengan lingkungan dan teman teman yang masih terasa baru bagi saya.
                 Selang beberapa bulan hidup di pondok dan saya mulai terbiasa menjalani aktivitas aktivitas yang ada di pondok, saya mulai terasa betah tinggal di pondok pesantren bersama teman teman baru. meskipun banyak sekali peraturan peraturan yang harus saya jalani dan yang saya harus taati setiap harinya, termasuk ngaji yang dilaksanakan setiap hari pada waktu pagi, sore dan malam yang terkadang membuat saya sedikit jenuh dan malas untuk melaksanakannya, tapi alhamdulillah saya mempunyai seorang teman yang selalu mengajak dan mengingatkan saya sekaligus memaksa saya untuk ikut ngaji bersama sama, namanya rizki, ketika itu dia pernah berkata pada saya :“bahwa kebiasaan yang baik dan akhlak yang baik itu bermula dari sebuah paksaan, jika kita selalu memaksakan untuk berlaku baik maka lama kelamaan sikap itu kan menjadi suatu kebiasaan yang baik pula”. kata itu yang selalu saya ingat sampai sekarang.
                Mulai dari itu juga saya berusaha membiasakan diri untuk tidak lagi malas mengaji, meski ada dari beberapa teman sekelas yang sekamar yang selalu bolos mengaji setiap malam. Mungkin karena pengaruh lingkungan tersebut yang membuat saya menjadi males malesan mengaji. Memang benar apa yang dikatakan guru saya bahwa 80% hidup kita dipengaruhi lingkungan atau pergaulan sehari hari kita, ketika kita berada dilingkungan yang kotor maka kita pun akan terbawa kotor,begitu juga sebaliknya jika lingkungan yang kita tempati bersih kita pun akan bersih pula.
                 sejak saya betah hidup di lingkungan pondok pesantren, yang selalu membiayai saya untuk tetap sekolah hanya lah seorang ibu saja, sedangkan ayah saya entah kemana, dia tak pernah datang menemui anak anaknya, disaat kami membutuhkan sosok dia yang layaknya seorang ayah yang masih punya tanggung jawab kepada anak anaknya. Entah lah saya bingung harus memandang dia seperti apa dimata saya ,karena bagaimanapun dia tetap ayah saya yang harus saya hormati, walaupun terkadang saya membencinya didalam hati karena sikapnya yang seperti tidak pernah lagi peduli kepada anak anaknya yang masih butuh akan kasih sayangnya.
                 Waktu itu saya berpikir bahwa kedua orangtua saya begitu,tak pernah akur, mungkin karena mereka kurang memahami tentang ajaran islam dan sunah sunah rasulullah tentang hakekat suami istri atau hak hak suami.itu lh yang saya pikirkan waktu diponpes walaupun saya juga kurang memahaminya. Tapi yang terpenting sekarang saya ingin menjadi lebih baik dari orangtua saya.
               Hampir satu tahun saya mondok tapi saya masih belum memahami betul tentang arti shalat dan bagaimana shalat yang sah dan diterima serta untuk apa kita shalat...??  Waktu itu saya pernah membaca sebuah buku yang didalamnya bertuliskan sebuah hadist nabi yang berbunyi :“barang siapa yang di akhir hayatnya mengucap kalimat lailahaillallah Muhammadarrasulullah maka dia boleh masuk surga dari pintu manapun”. Setelah membaca matan dari hadist nabi tersebut saya mulai berpikiran dan bingung, saya berpikir dan berkata-kata dalam hati saya ,”kalo begitu tanpa shalat pun kita bisa masuk surga, dengan hanya mengucap kalimat Lailahaillallah Muhammadarrasulullah saja”.begitu pikir saya yang masih dirundung kebingungan dan pertanyaan pertanyaan  yang membingungkan dalam hati.
               Kebingungan saya tentang shalat masih belum terjawab, selang beberapa hari, kemudian saya membaca sebuah buku  yang berisi cerita dari sahabat rasul saw. Dalam sebuah buku yang saya baca menceritakan seseorang yang kafir, seseorang yang menyembah pada api. Kurang lebih orang tersebut telang menyembah pada api selama tujuh puluh tahunan, alasan dia menyembah pada api karena dia tidak pernah melihat dzat Allah yang sesungguhnya. Ringkas cerita , sebenarnya orang tersebut adalah orang yang beriman tapi karena rasa keingintahuan dia yang sangat untuk melihat Allah tak pernah pernah terwujud maka dia pun berpaling dari Allah dah menyembah api yang sudah jelas terlihat wujudnya. Kemudian rasulullullah pun menemuinya dan mengajaknya berdialog serta menasehatinya untuk mau kembali ke jalan Allah SWT.
              Sebelum akhir hayatnya dia mengucapkan dua kalimat syahadat dan masuk islam, kemudian dia meminta pada rasul Saw untuk membuat sebuah surat sebagai pernyataan dan sebagai saksi di akherat nanti bahwa dia telah beriman dan masuk islam. Kemudian rosulullullah pun memenuhi permintaannya untuk membuat sebuah surat pernyataan bahwa dia telah masuk islam dan surat itu diselipkan di kain kafannya. Pada malam setelah kematiannya salah satu dari sahabat rasulullallah bermimpi bertemu dengan mantan penyembah api, dalam mimpinya ia melihat mantan penyembah api itu dengan pakaian yang bercahaya dan telah bahagia disana. Kemudian sahabatpun pergi menemui baginda rasul untuk menceritakan tentang apa yang telah ia lihat dalam mimipinya tersebut.
              Nah ,dari hasil cerita tersebut membuat saya semakin percaya bahwa jika diakhir hayat kita membaca kalimat tauhid maka kita akan masuk surga dari pintu manapun, karena saya berpendapat bahwa orang yang seumur hidupnya hanya menyembah api tapi di diakhir hayatnya kemudian dia masuk islam dengan beriman kepada Allah, dan dia telah mendapatkan kebahagiaan di akherat. begitu menurut buku yang saya baca.
              Dari sebuah buku dan sebuah hadist yang telah saya baca itu, telah mempengaruhi pikiran saya dan menyiratkan pertanyaan pertanyaan yang membingungkan pikiran saya. Hampir setiap hari saya memikirkan hal tersebut yang masih belum saya menemukan jawaban yang bisa menenangkan dan membuat pikiran saya lega.
              Dalam langit yang masih terlihat hitam terdengar suara ayam berkokok dan suara suara berisik dari jendela depan kamar yang di gedor gedor oleh pengurus serta asatidz yang ikut membangunkan para santri sebelum waktu adzan subuh di kumandangkan dari masjid yang jaraknya agak jauh dari asrama putra. Aku yang masih terasa ngantuk dan berat untuk bangun subuh,berusaha sekuat hati untuk memegarkan mata dan memaksakan berdiri untuk mengambil air wudlu dan bersiap siap untuk pergi ke mesjid.
              Selesai shalat subuh berjama’ah, seperti biasa pak kyai selalu meluangkan waktu, untuk kegiatan kuliah subuh. aku yang kebetulan masih terjaga dari tidur sehabis sholat subuh mendengarkan ceramah yang disampaikan oleh pak kyai mahfudz tarmidzi, karena kadang kadang sehabis menunaikan shoalat berjamaah saya selalu tertidur dan tidak terlalu memperhatikan apa yang pak kyai sampaikan. Dalam ceramahnya pada kuliah subuh pak kyai menjelaskan tentang semua yang berkaitan dengan dasar dan keutamaan shalat fardhu, pak kyai mulai menjeleskan dari sebuah ayat dalam al qur’an surat al-baqarah yang yang menerangkan tentang kewajiban menunaikan shalat, yang berbunyi :  
وأقيموا الصلاة وأتوا الزكاة واركعوا مع الراكعين ( البقرة : 43)                                                                        
                                 “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku”
وأقم الصلاة إن الصلاة تنهى عن الفحشاء والمنكر ( العنكبوت : 45)                                                                              “kerjakanlah sholat, sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan jahat dan keji”.             
              Di mulai dari kedua ayat di atas pak mahfudz mulai menyampaikan content dari ceramahnya yang menerangkan tentang semua yang berkaitan dengan shalat beserta fadhilah dari menunaikan shalat. Jarang-jarang beliau menyampaikan kuliah subuh dengan durasi waktu yang lama di waktu pagi, Hingga saya telat untuk mandi pagi dan terlambat pergi ke sekolah. Beliau begitu rinci menerangkan arti pentingnya menunaikan shalat kepada para santri santrinya. Dalam ceramah yang beliau sampaikan terdapat poin poin penting yang menjawab semua pertanyaan pertanyaan yang tersirat dalam benakku, yang berkaitan tentang kegiatan shalat yang setiap hari saya gerakan tanpa tahu apa arti sesungguhnya dari shalat itu apa. Yang saya pahami dari perkataan beliau adalah “ bahwa shalat merupakan tugas yang harus di kerjakan bagi umat muslim, tidak hanya sebagai kewajiban saja melainkan sebagai kebutuhan manusia kepada sang khaliq, dan shalat juga sebagai pembeda antara muslim dan non muslim. Dan kelak di akhirat yang paling pertama kali ditanya adalah tentang shalat, apabila shalatnya baik maka baik pula amalnya dan jika shalatnya buruk maka buruklah semua amalnya”. Beliau juga pernah menjelaskan sebuah hadist yang saya sebutkan di atas. “bahwa mustahil bagi orang yang diakhir hayatnya mampu mengucapkan kalimat tauhid dengan sempurna dengan tanpa disertai amalan amalan yang wajib dan sunnah, karena sesungguhnya Allah lah yang menghendaki manusia untuk mampu mengucapkan kalimat tauhid dengan sempurna”. Setelah saya memahami apa yang di sampaikan pak kyai, saya mulai belajar shalat dengan sungguh sungguh, karena saya tahu betapa pentingnya menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT terutama adalah shalat yang lima waktu yang wajib kita kerjakan.
       “kebaikan” Dimulai dari sebuah paksaan yang akan melahirkan sebuah kebiasaan yang baik.”


                
              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar