DIBALIK
KEHIDUPAN YANG RUMIT DAN HIDAYAH
ASEP
MAHFUD / 12720045 / SOSIOLOGI
Bermula dari masa kecil saya ,yang belum mengenal dunia
pendidikan PAUD ,TK ,maupun SD, dll. Dari sejak kecil saya merasakan kehidupan
yang kurang menyenangkan. kedua orang tua saya yang selalu beradu emosi alias
bertengkar setiap harinya,yang seakan akan mereka tak pernah peduli lagi pada saya dan adik saya yang masih kecil. Hampir
setiap hari saya melihat kedua orang tua saya bertengkar ,sampai sampai
lontaran suara yang mereka keluarkan membuat ku dan adikku selalu menangis
ketakutan karena pertengkaran mereka. kami yang masih kecil hanya bisa terdiam
melihat kelakuan orangtua saya yang emosinya telah dkuasai oleh setan , tiada
hari tanpa bertengkar, adu mulut diantara mereka terdengar keras pada tetangga
– tetangga dekat rumah yang berjarak tidak terlalu jauh dari rumah, sehingga
menimbulkan pembicaraan atau menghasilkan berita teraktual di lingkungan
masyarakat.
Keadaan
buruk yang ada dirumah masih tetap berlangsung hingga saya menginjak pendidikan
dasar (SD), bahkan setelah saya beserta keluarga menempati rumah baru yang
jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah yang kami tempati sebelumnya ,Alhamdulillah
rumah kami yang baru ini lebih bagus dan lebih besar dari rumah yang lama akan
tetapi walaupun perkembangan ekonomi orangtua saya semakin baik pertengkaran antara
kedua orangtua saya masih tetap berlangsung, Entah mengapa mereka tak pernah
damai dalam kurun waktu yang lama .
Saya dan
adik saya yang masih berumur enam sampai delapan tahunan hanya bisa terdiam dan
diam saja melihat kelakuan mereka yang tak pernah sadar akan prilaku negatif
mereka di dalam rumah ,tapi lama kelamaan kebiasaan mereka bertengkar tak
pernah aku hiraukan ,”terserah mereka lah mau bagaimana”.begitu tutur ku dalam
hati .
Seperti
biasa setiap pagi aku dan adikku berangkat ke sekolah dengan menunggangi sepeda
masing masing dan dibekali uang oleh orangtuaku seribu limaratus sampai duaribu
rupiah ,bagiku jumlah uang yang diberikan cukup besar ketika di aku masih di
bangku SD. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah kami tidak pernah sarapan
terlebih dahulu di rumah, karena ibuku jarang masak. aku dan adikku selalu membeli
makanan di warung warung yang ada di sekolah atau warung yang ada disekitaran sekolah,
untuk menopang tulang punggung agar tetap bisa tegak berdiri dan belajar di
sekolah .
“teng...teng...teng “lonceng yang berada
disudut sekolah telah berbunyi ,tanda waktu jam pelajaran sekolah telah usai.
Jika Pulang sekolah aku tiadak pernah pulang bersama adikku karena adikku
selalu lebih awal jam pulangnya.
Setiap
pulang sekolah ku selalu pergi ke rumah nenekku yang rumahnya hanya melewati
beberapa rumah saja dari posisi rumahku, setiap pagi sampai sore rumahku selalu
kosong tak berpenghuni karena orangtuaku bekerja di sebuah kios di pasar.
Setiap pagi dan sore aku dan adikku berada di rumah nenek, ketika di rumah nenek
kadang-kadang aku selalu diberi nasehat-nasehat dan dongeng tentang kehidupan
masalalu kakek dan nenek. Aku merasa lebih betah tinggal di rumah tua ini
daripada tinggal dirumah sendiri, karena kondisi dirumah yang sudah puluhan
tahun terasa damai dan tentram. Sangat berbeda dengan kondisi rumahku, hampir
setiap hari selalu ada cekcok antara ibu dan ayah.
Waktu
masih terus berputar,detik demi detik hari demi hari masih terus berganti
kecuali jika Allah menyuruh matahari berhenti untuk berputar. Saat itu aku
telah naik kelas dari kelas empat meningkat menjadi kelas lima SD, pada waktu
itu budaya kedua orangtuaku yang selalu bertengkar masih terus berlanjut, entah
apa sebabnya mereka bertengkar. Hingga pada akhirnya mereka mengakhiri dengan
sebuah talak dan bercerai. mereka dengan gampangnya bercerai tanpa memikirkan
anak-anaknya yang masih butuh akan kasih sayang dari kedua orangtua.
Tapi
jika itu sudah merupakan kehendak dari Rabbul A’lamin, tak ada seorangpun dari
semua makhluk dibumi yang bisa merubahnya. Keadaan mulai berubah aku hanya
tinggal bersama ibu dan adikku, sekarang sudah tak ada lagi keramaian yang
terjadi di rumah, kondisi dirumah menjadi tenang tanpa kepala keluarga. Ibuku
sekarang hanya bekerja sendirian untuk mencari nafkah dan membiayaiku dan
adikku sekolah. Sejak saat itu aku jarang sekali bertemu dengan ayahku dan ia
pun tak pernah lagi membiayai kami untuk sekolah.
Syukur
alhamdulillah segala puji bagi Allah yang selalu melimpahkan rizki-NYA dan
memberikan kekuatan pada ibuku sehingga aku
dan adikku masih bisa sekolah. Setelah beberapa bulan setelah perpisahan mereka,
terkadang saya selalu berpikir dan bertanya tanya dalam hati saya tentang
penyebab yang membuat kedua orangtua saya bertengkar sampai akhirnya berpisah.
Dalam keadaan yang sunyi dan kesendirian, saya selalu berkata kata dalam hati
saya: “mengapa hidupku rasanya tidak pernah ada kebahagiaan di dalam keluarga”,
mereka tidak pernah memberikan kasih sayang yang cukup pada kedua anaknya.
Ketika
itu jabatan pengasuhan ku dan adikku yang bernama Siti Saadah, beralih pada
kakek dan nenekku, dan kemudian kami tinggal bersama nenek dan kakek dari Ibu.
Di hari-hari yang lalu semasa aku masih tinggal dengan kondisi keluarga yang
masih utuh, orang tuaku tak pernah memberikan nasehat-nasehat atau pelajaran
tentang agama dsb, berbeda ketika aku tinggal bersama kakek dan nenek, mereka selalu
memberikan pelajaran dan menuntunku untuk bisa shalat,walaupun terkadang mereka
sering memarahiku karena kelakuan nakal yang ku perbuat setiap hari. Hampir
setiap hari aku kena marah dari kakek, walaupun aku selalu dimarahi setiap hari
tapi itu semua tidak menjadikanku lebih baik atau menjadi anak yang pendiam, saya
merasa malah semakin bandel tapi kenakalanku tidak tampak didepan kakek dan nenek.
Pada
tahun 2007 saya lulus dari SDN 04 desa rawaapu kec.patimuan kab.jawa tengah,
kemudian kakek menyuruh saya untuk masuk pondok pesantren yang terletak di
daerah pangandaran kab.ciamis jawa barat. pondok tersebut bernama ma’had sabilil
muttaqien yang berpusat di magetan jawa timur yang berdiri pada tahun 2000.
Alasan
kakek saya ingin memasukan saya di pesantren ialah karena paman saya juga
mondok disana. Ketika itu ada suatu acara Maulid Nabi yang di adakan di masjid yang
letaknya tak terlalu jauh dari rumah, dan kebetulan paman saya yang sedang
berada di lembur akan mengikuti acara maulid nabi tersebut sebagai bintang tamu
yang akan membawakan sebuah pidato berbahasa arab di acara malam maulid Nabi
Muhammad saw itu.
Di malam acara maulid Nabi
berlangsung kakek saya hadir disana dan menyaksikan khithobah yang dibawakan
dengan bahasa asing oleh paman saya yang umurnya tidak berbeda jauh dengan umur
saya. dalam acara itu dia berpidato dengan baik dan lancar dengan bahasa
asingnya, semua mustami’ yang menyaksikannya terkagum kagum sambil memberikan
tepuk tangan yang meriah atas pidato yang dibawakannya itu, walaupun mungkin
dari para mustami’ yang memberikan aplus hanya beberapa orang saja yang
mengerti dengan bahasa arab.
Mungkin
pikirku dari situlah kakek tertarik untuk memasukkan ku ke pondok pesantren di
ciamis selatan itu. Akupun tak bisa menolak dengan keinginan mereka padaku
untuk sekolah mondok, lagian tak ada salahnya juga jika aku mencoba untuk hidup
di ponpes sambil belajar hidup mandiri tanpa orangtua, karena saya yakin bahwa
mereka hanya ingin memberikan yang terbaik padaku meskipun mereka sering
memarahiku karena kenakalanku dulu.
Hari
selasa pagi saatnya tiba untuk menyelesaikan registrasi dan memenuhi semua
persyaratan persyaratan masuk pondok, Setelah semuanya selesai rasa sedih mulai
terasa di dalam hati ketika semuanya pergi meninggalkan saya sendirian tanpa
ditemani oarngtua.
Kehidupan baru mulai kujalani di dalam dunia pondok, dengan perlahan
lahan saya mulai belajar untuk
beradaptasi dengan lingkungan yang masih asing dan wajah wajah baru yang masih
belum saya kenal. Dalam lingkungan yang baru saya masih belum bisa beradaptasi
dengan teman teman baru, dalam situasi seperti ini saya cenderung lebih pendiam
dan pemalu dengan lingkungan dan teman teman yang masih terasa baru bagi saya.
Selang beberapa bulan hidup di pondok dan saya mulai terbiasa menjalani
aktivitas aktivitas yang ada di pondok, saya mulai terasa betah tinggal di pondok
pesantren bersama teman teman baru. meskipun banyak sekali peraturan peraturan yang
harus saya jalani dan yang saya harus taati setiap harinya, termasuk ngaji yang
dilaksanakan setiap hari pada waktu pagi, sore dan malam yang terkadang membuat
saya sedikit jenuh dan malas untuk melaksanakannya, tapi alhamdulillah saya
mempunyai seorang teman yang selalu mengajak dan mengingatkan saya sekaligus
memaksa saya untuk ikut ngaji bersama sama, namanya rizki, ketika itu dia
pernah berkata pada saya :“bahwa kebiasaan yang baik dan akhlak yang baik itu
bermula dari sebuah paksaan, jika kita selalu memaksakan untuk berlaku baik maka
lama kelamaan sikap itu kan menjadi suatu kebiasaan yang baik pula”. kata itu
yang selalu saya ingat sampai sekarang.
Mulai
dari itu juga saya berusaha membiasakan diri untuk tidak lagi malas mengaji, meski
ada dari beberapa teman sekelas yang sekamar yang selalu bolos mengaji setiap
malam. Mungkin karena pengaruh lingkungan tersebut yang membuat saya menjadi
males malesan mengaji. Memang benar apa yang dikatakan guru saya bahwa 80%
hidup kita dipengaruhi lingkungan atau pergaulan sehari hari kita, ketika kita
berada dilingkungan yang kotor maka kita pun akan terbawa kotor,begitu juga
sebaliknya jika lingkungan yang kita tempati bersih kita pun akan bersih pula.
sejak saya betah hidup di lingkungan pondok pesantren,
yang selalu membiayai saya untuk tetap sekolah hanya lah seorang ibu saja,
sedangkan ayah saya entah kemana, dia tak pernah datang menemui anak anaknya,
disaat kami membutuhkan sosok dia yang layaknya seorang ayah yang masih punya tanggung
jawab kepada anak anaknya. Entah lah saya bingung harus memandang dia seperti apa
dimata saya ,karena bagaimanapun dia tetap ayah saya yang harus saya hormati, walaupun
terkadang saya membencinya didalam hati karena sikapnya yang seperti tidak
pernah lagi peduli kepada anak anaknya yang masih butuh akan kasih sayangnya.
Waktu
itu saya berpikir bahwa kedua orangtua saya begitu,tak pernah akur, mungkin
karena mereka kurang memahami tentang ajaran islam dan sunah sunah rasulullah
tentang hakekat suami istri atau hak hak suami.itu lh yang saya pikirkan waktu diponpes
walaupun saya juga kurang memahaminya. Tapi yang terpenting sekarang saya ingin
menjadi lebih baik dari orangtua saya.
Hampir
satu tahun saya mondok tapi saya masih belum memahami betul tentang arti shalat
dan bagaimana shalat yang sah dan diterima serta untuk apa kita shalat...?? Waktu itu saya pernah membaca sebuah buku
yang didalamnya bertuliskan sebuah hadist nabi yang berbunyi :“barang siapa
yang di akhir hayatnya mengucap kalimat lailahaillallah Muhammadarrasulullah
maka dia boleh masuk surga dari pintu manapun”. Setelah membaca matan dari
hadist nabi tersebut saya mulai berpikiran dan bingung, saya berpikir dan
berkata-kata dalam hati saya ,”kalo begitu tanpa shalat pun kita bisa masuk
surga, dengan hanya mengucap kalimat Lailahaillallah Muhammadarrasulullah
saja”.begitu pikir saya yang masih dirundung kebingungan dan pertanyaan pertanyaan
yang membingungkan dalam hati.
Kebingungan
saya tentang shalat masih belum terjawab, selang beberapa hari, kemudian saya
membaca sebuah buku yang berisi cerita
dari sahabat rasul saw. Dalam sebuah buku yang saya baca menceritakan seseorang
yang kafir, seseorang yang menyembah pada api. Kurang lebih orang tersebut
telang menyembah pada api selama tujuh puluh tahunan, alasan dia menyembah pada
api karena dia tidak pernah melihat dzat Allah yang sesungguhnya. Ringkas
cerita , sebenarnya orang tersebut adalah orang yang beriman tapi karena rasa
keingintahuan dia yang sangat untuk melihat Allah tak pernah pernah terwujud
maka dia pun berpaling dari Allah dah menyembah api yang sudah jelas terlihat
wujudnya. Kemudian rasulullullah pun menemuinya dan mengajaknya berdialog serta
menasehatinya untuk mau kembali ke jalan Allah SWT.
Sebelum
akhir hayatnya dia mengucapkan dua kalimat syahadat dan masuk islam, kemudian
dia meminta pada rasul Saw untuk membuat sebuah surat sebagai pernyataan dan
sebagai saksi di akherat nanti bahwa dia telah beriman dan masuk islam.
Kemudian rosulullullah pun memenuhi permintaannya untuk membuat sebuah surat
pernyataan bahwa dia telah masuk islam dan surat itu diselipkan di kain
kafannya. Pada malam setelah kematiannya salah satu dari sahabat rasulullallah
bermimpi bertemu dengan mantan penyembah api, dalam mimpinya ia melihat mantan
penyembah api itu dengan pakaian yang bercahaya dan telah bahagia disana.
Kemudian sahabatpun pergi menemui baginda rasul untuk menceritakan tentang apa
yang telah ia lihat dalam mimipinya tersebut.
Nah
,dari hasil cerita tersebut membuat saya semakin percaya bahwa jika diakhir
hayat kita membaca kalimat tauhid maka kita akan masuk surga dari pintu
manapun, karena saya berpendapat bahwa orang yang seumur hidupnya hanya
menyembah api tapi di diakhir hayatnya kemudian dia masuk islam dengan beriman
kepada Allah, dan dia telah mendapatkan kebahagiaan di akherat. begitu menurut
buku yang saya baca.
Dari sebuah
buku dan sebuah hadist yang telah saya baca itu, telah mempengaruhi pikiran
saya dan menyiratkan pertanyaan pertanyaan yang membingungkan pikiran saya.
Hampir setiap hari saya memikirkan hal tersebut yang masih belum saya menemukan
jawaban yang bisa menenangkan dan membuat pikiran saya lega.
Dalam
langit yang masih terlihat hitam terdengar suara ayam berkokok dan suara suara
berisik dari jendela depan kamar yang di gedor gedor oleh pengurus serta
asatidz yang ikut membangunkan para santri sebelum waktu adzan subuh di
kumandangkan dari masjid yang jaraknya agak jauh dari asrama putra. Aku yang masih
terasa ngantuk dan berat untuk bangun subuh,berusaha sekuat hati untuk
memegarkan mata dan memaksakan berdiri untuk mengambil air wudlu dan bersiap siap
untuk pergi ke mesjid.
Selesai
shalat subuh berjama’ah, seperti biasa pak kyai selalu meluangkan waktu, untuk kegiatan
kuliah subuh. aku yang kebetulan masih terjaga dari tidur sehabis sholat subuh
mendengarkan ceramah yang disampaikan oleh pak kyai mahfudz tarmidzi, karena
kadang kadang sehabis menunaikan shoalat berjamaah saya selalu tertidur dan
tidak terlalu memperhatikan apa yang pak kyai sampaikan. Dalam ceramahnya pada
kuliah subuh pak kyai menjelaskan tentang semua yang berkaitan dengan dasar dan
keutamaan shalat fardhu, pak kyai mulai menjeleskan dari sebuah ayat dalam al
qur’an surat al-baqarah yang yang menerangkan tentang kewajiban menunaikan
shalat, yang berbunyi :
وأقيموا
الصلاة وأتوا الزكاة واركعوا مع الراكعين ( البقرة : 43)
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat
dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku”
وأقم الصلاة إن الصلاة تنهى عن الفحشاء والمنكر (
العنكبوت : 45)
“kerjakanlah sholat, sesungguhnya sholat itu mencegah dari
perbuatan jahat dan keji”.
Di mulai dari kedua ayat di atas pak mahfudz
mulai menyampaikan content dari ceramahnya yang menerangkan tentang semua yang
berkaitan dengan shalat beserta fadhilah dari menunaikan shalat. Jarang-jarang
beliau menyampaikan kuliah subuh dengan durasi waktu yang lama di waktu pagi,
Hingga saya telat untuk mandi pagi dan terlambat pergi ke sekolah. Beliau
begitu rinci menerangkan arti pentingnya menunaikan shalat kepada para santri
santrinya. Dalam ceramah yang beliau sampaikan terdapat poin poin penting yang menjawab
semua pertanyaan pertanyaan yang tersirat dalam benakku, yang berkaitan tentang
kegiatan shalat yang setiap hari saya gerakan tanpa tahu apa arti sesungguhnya
dari shalat itu apa. Yang saya pahami dari perkataan beliau adalah “ bahwa
shalat merupakan tugas yang harus di kerjakan bagi umat muslim, tidak hanya
sebagai kewajiban saja melainkan sebagai kebutuhan manusia kepada sang khaliq,
dan shalat juga sebagai pembeda antara muslim dan non muslim. Dan kelak di
akhirat yang paling pertama kali ditanya adalah tentang shalat, apabila
shalatnya baik maka baik pula amalnya dan jika shalatnya buruk maka buruklah
semua amalnya”. Beliau juga pernah menjelaskan sebuah hadist yang saya sebutkan
di atas. “bahwa mustahil bagi orang yang diakhir hayatnya mampu mengucapkan
kalimat tauhid dengan sempurna dengan tanpa disertai amalan amalan yang wajib
dan sunnah, karena sesungguhnya Allah lah yang menghendaki manusia untuk mampu
mengucapkan kalimat tauhid dengan sempurna”. Setelah saya memahami apa yang di
sampaikan pak kyai, saya mulai belajar shalat dengan sungguh sungguh, karena
saya tahu betapa pentingnya menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT
terutama adalah shalat yang lima waktu yang wajib kita kerjakan.
“kebaikan” Dimulai dari sebuah paksaan
yang akan melahirkan sebuah kebiasaan yang baik.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar